Kamis, 08 Maret 2012

SENYUM


Abu Yazid Al Busthami, pelopor sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerut.

Dengan murung lelaki itu mengadu, “Tuan Guru, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap, saya  masih bermunajat. Istri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga  bukan pemalas yang enggan mencari rezeki Tetapi mengapa saya selalu malang  dan kehidupan saya penuh kesulitan?”

Sang Guru menjawab sederhana, “Perbaiki penampilanmu dan rubahlah roman  mukamu. Kau tahu, Rasulullah adalah penduduk dunia yang miskin namun  wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rasulullah, salah satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga  kepadanya.”

Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya.  Wajahnya senantiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa  mengeluh. Alhamdullilah sesudah itu ia tak pernah datang lagi untuk  berkeluh kesah.

Memang Tuhan telah menakdirkan manusia sebagai makhluk yang paling indah.  Bentuknya begitu sempurna, sehingga dipandang dari sudut manapun manusia  kelihatan cantik dan serasi. Untuk itu hendaknya kurnia ini jangan dinodai  dengan penampilan yang buruk, karena sebagaimana kata Rasulullah,  ”Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.”

Namun demikian tidak berarti Islam mengajarkan kemewahan. Islam justeru  menganjurkan kesederhanaan. Baik dalam berpakaian, merias tubuh maupun  dalam sikap hidup sehari-hari. Nabi sendiri jubahnya seringkali sudah  luntur warnanya tapi senantiasa bersih.

Umar bin Khattab walaupun jawatannya kalifah, pakaiannya sangat sederhana  dan bertambal-tambal. Tetapi keserasian selalu dijaga. Sikapnya ramah,  wajahnya senantiasa mengulum senyum bersahabat. Roman mukanya berseri. Tak  heran jika Imam Hasan Al Basri berpendapat, awal keberhasilan suatu  pekerjaan adalah roman muka yang ramah dan penuh senyum.

Bahkan Rasulullah menegaskan, senyum adalah sedekah paling murah tetapi  paling besar pahalanya.

Demikian pula seorang suami atau seorang isteri. Alangkah celakanya rumah  tangga jika suami istri selalu berwajah tegang. Sebab tak ada persoalan  yang diselesaikan dengan mudah melalui kekeruhan dan ketegangan. Dalam hati yang tenang, pikiran yang dingin dan wajah cerah, Insya Allah, apapun  persoalannya niscaya dapat diatasi. Inilah yang dinamakan keluarga sakinah,  yang didalamnya penuh dengan cinta dan kasih sayang.

Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar