Minggu, 11 Maret 2012

AL-QUR'AN SEBAGAI PEMBELA DI HARI AKHIRAT

Abu Umamah r.a. berkata : "Rasulullah S.A.W telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur'an, setelah itu Rasulullah S.A.W memberitahu tentang kelebihan Al-Qur'an."
Telah bersabda Rasulullah S.A.W : Belajarlah kamu akan Al-Qur'an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya."
Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, " Kenalkah kamu kepadaku?" Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : "Siapakah kamu?"

Maka berkata Al-Qur'an : "Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari."
Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur'an itu : "Adakah kamu Al-Qur'an?" Lalu Al-Qur'an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca mengadap Allah S.W.T. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.
Pada kedua ayanh dan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : "Dari manakah kami memperolehi ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?"

Lalu dijawab : "Kamu diberi ini semua kerana anak kamu telah mempelajari Al-Qur'an."

Cinta Versus "Cinta"


"Eee... itu kan cucuku? Waduh sudah besar, mana cantik lagi!" seru seorang nenek bangga campur terkejut, melihat sang Cucu tampil modis di layar kaca. Perempuan yang disanjung si nenek berdandan ala wanita karir metropolitan. Stelan rok dengan atasan model jas. Saking sukacitanya, si nenek spontan memanggil semua penghuni rumah untuk menyaksikan buah hatinya yang nampak "matang" penampilannya.
Paparan kisah di atas, merupakan potongan iklan sebuah bank yang mungkin cukup sering kita saksikan di layar televisi. Tayangan iklan itu menyajikan luapan ekspresi cinta seorang nenek demi menyaksikan cucunya telah menjadi "orang". Karena itu untuk bisa mengantarkan buah cinta kita bisa jadi "orang", pesan itu selanjutnya, tanamkanlah uang kita di bank.

Kita, insya Allah, sama faham apa yang dimaksud "menjadi orang". Seperti tayangan potongan iklan di atas, "menjadi orang" selalu berkonotasi pada kesuksesan dunia. Dengan kata lain, jangan buru-buru mengklaim diri telah berhasil alias "jadi orang" kalau belum mampu meraih "3 Ta" paling tidak. Tahta, Wanita, dan Toyota.
Terus terang, bagi kita yang hidup di era kiwari, idiom ini terkesan membawa beban amat berat. Bayangkan, untuk bisa jadi "orang", kita kudu bisa meraih segepok keberhasilan. Entah itu harus berhasil meraih jabatan atau kekuasaan. Entah berhasil dalam suatu profesi.
Pendek kata yang dimaksud "jadi orang" tak lain tak bukan, sukses meraih materi. Tak heran, promosi bank-bank yang amat bombastis juga menjual janji: "Anda ingin sukses, raihlah hadiah bernilai milyaran rupiah dari kami." Sekolah-sekolah, kampus-kampus, maupun lembaga-lembaga kursus pun mempromosikan diri dengan janji-janji muluk "sukses masa depan".

Mahal memang harga sebuah sukses, harga untuk menjadi "orang". Boleh jadi premis yang cukup kuat mengkooptasi pikiran masyarakat kita ini, menyebabkan banyak anak muda yang ngeper duluan untuk melamar seorang gadis. Apalagi bila si gadis telah lebih dulu meraih sukses. Celakanya, tak sedikit orangtua juga mematok harga tinggi untuk anak-anak gadisnya, lantaran termakan premis itu.
Eksesnya? Tentu ada. Mereka akhirnya lebih senang berfantasi jadi orang "sukses" dan berkhayal telah hidup berdua dengan pasangannya. Dicarilah saluran-saluran untuk fantasinya yang liar itu. Dan celakanya, saluran untuk pelampiasan fantasi liarnya begitu banyak bertebaran. Ada VCD esek-esek. Ada situs-situs cabul yang bisa dinikmati dengan murah di warnet-warnet. Ada film-film tivi maupun tabloid yang menjual syahwat. Atau apa saja yang bisa melampiaskan fantasi seksualnya.

Ekses lainnya, mungkin saja untuk bisa meraih sukses dengan mudah, banyak orang yang menempuh jalan pintas. Sangat boleh jadi, kasus-kasus korupsi yang kian marak, akibat banyak manusia dilanda penyakit "harta maniac".
Kita tentu bukan ingin menafikan bahwa manusia pasti cinta pada harta, wanita, dan kekuasaan. Itu hal yang fitri, sebagaimana Alquran juga mengisyaratkan.
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (jannah)" (QS 3:14).

Cinta kepada lawan jenis, keturunan, harta, perhiasan, kendaraan, atau tabungan uang untuk persiapan masa depan anak, tidak pernah dilarang oleh Islam. Selama cinta kepada semua itu, tidak mengalihkan kewajiban manusia untuk beribadah dan taat kepada Allah swt.
Mencintai anak adalah wajib. Karena ia merupakan amanah Allah yang mesti dijaga. Penjagaan di sini tentunya memelihara anak dari hal-hal yang akan menjatuhkannya pada murka Allah. Dengan begitu, cinta kepada anak sesungguhnya menuntut orangtua berupaya keras memelihara dan mengarahkan anak agar menjadi anak yang taat kepadaNya hingga akhir hayat. Dan itulah sesungguhnya yang dikehendaki Allah terhadap amanah (anak) yang dipercayakan pada setiap orangtua.
Tentang tanggungjawab menjaga anak, Allah mengabadikan kisah keluarga Luqman di dalam Alquran, agar bisa menjadi pedoman bagi tiap keluarga Muslim.
"(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu) perbuatan seberat atom, dan berada dalam batu atau di langit, atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Hai anakku tegakkanlah salat dan perintahkanlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlan (mereka) dari perbuatan yang mungkar. Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan, serta lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai." (QS 31:16-19)
Begitu sarat pesan Luqman pada anaknya, agar kelak anaknya menjadi "orang". Cobalah kita simak kandungan ayat di atas, adakah pesan itu mengarahkan anak agar kelak menjadi orang yang getol mengejar materi?

Kita yakin, Luqman bukan sosok sembarangan hingga Allah perlu mengukir kisah pengajaran Luqman kepada anaknya di dalam Alquran suci. Ia (Luqman) sesungguhnya tipikal ayah yang amat sangat mencintai anaknya. Karena itu Luqman mengarahkan anaknya untuk tetap istiqomah berada pada garis titahNya. Lantaran ia faham betul, sukses dunia tak ada artinya sama sekali bila hal itu akan mendatangkan murka Allah. Sukses di dunia tapi sengsara selamanya di akhirat, bukanlah pola pengajaran yang diterapkan Luqman pada keluarganya. Itulah cinta hakiki yang telah dipersembahkan Luqman pada isteri dan keturunannya.
Adakah kita pernah memahami makna cinta sesungguhnya kepada anak? Adakah kita pernah terobsesi untuk bisa mengikuti jejak pelajaran keluarga Luqman? Kitalah yang bisa menjawabnya dengan jujur.

Terus terang, kini tak sedikit orang terobsesi untuk menjadi "orang" alias sukses. Pikiran-pikiran itupun diparalelkan pada keturunan. Bayangan ketakutan bila anak tak bisa berhasil jadi orang, boleh jadi menyebabkan banyak orangtua yang rela mengeluarkan dana besar untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Jangan heran bila sekolah-sekolah plus yang konon menjanjikan masa depan ceria, full diantri orangtua saban tahun.
Bahkan bukan hanya itu, untuk melengkapi modal masa depan, anak jika perlu diikutkan segala kursus. Entah kursus piano, kursus bahasa Inggris, kursus komputer, kursus tari, senam, les privat, dan entah apa lagi. Walaupun biayanya besar, sebisa-bisanya diusahakan.
Sehingga ada kisah ironis. Sebuah keluarga Muslim di komplek perumahan A (sebut saja begitu), untuk mengkursuskan komputer dan les privat matematik anaknya, walau bayar Rp 100.000 per bulan enggak masalah. Tapi si ibu pernah ngomel-ngomel lantaran iuran infaq TPA anaknya dinaikkan oleh pihak TPA menjadi Rp 10.000. "Uuu mahal betul sih!" serunya ketus.

Wajar saja barangkali, banyak TPA yang gulung tikar, atau minimal hidupnya kembang-kempis. Lantaran sarana yang digunakan untuk belajar anak-anak apa adanya. Bayaran buat para pengajarnya pun pas-pasan. Akhirnya saya baru sadar, Kepala Sekolah TPA dekat rumah saya pernah mengeluh, lantaran banyak santri-santrinya yang nunggak bayaran sampai 2-3 bulan. Astaghfirullah!

Cinta kepada anak harus. Tapi cinta kepada Allah tentu lebih dari sekedar harus. Ia merupakan kewajiban. Cinta kepada anak, pada hakikatnya merupakan aktualisasi cinta kita kepada Allah. Artinya? Anak itu harus kita pelihara sungguh-sungguh agar betul-betul menjadi orang sebagaimana yang dikehendaki Penciptanya. Agar Allah cinta kepadanya, dan diapun mencintai Allah.

Betapa sedih bila kita mendengar kisah-kisah orangtua yang gembar-gembor bahwa mereka sangat mencintai anak-anak mereka. Tapi pada kenyataannya mereka tidak pernah mengarahkan anak-anak mereka untuk menjadi insan yang dicintai Allah. Bahkan tak sedikit orang tua yang malah terobsesi kelak dapat menyaksikan anak-anak mereka menjadi orang terkenal. Bisa menjadi artis, menjadi pramugari, atau entah menjadi apa saja dalam dunia selebritis. Astagfirullah! Mudah-mudahan kita tidak terjebak pada dunia glamour yang penuh tipuan mematikan itu.
Karena itu sadarilah, cinta sejati selalu saja akan direcoki oleh cinta palsu. (sultoni)

Jumat, 09 Maret 2012

DRAMA "kehidupan soaial"


Di suatu rumah yang sangat kecil dan sederhana hiduplah seorang janda dan anak tunggalnya bernema Rani. Ibu rani bekerja sebagai pembantu di rumah tetangganya yang kaya. Majikannya juga mempunyai putrid yang seumuran dengan rani yang bernama Suci.
Pada pagi yang sangat sejuk di sebuah ruangan yang sangat sempit, Rani termenung sendiri  memikirkan sesuatu. Beberapa saat kemudian ibunya dating menghampirinya.
Ibu       : “ Nak, kamu kenapa?”
Rani     :” Saya nggak kenapa-kenapa bu’.”
Ibu       :” nggak usah bohong nak, ibu tau apa yang sedang kamu pikirkan, ceritakan saja sama ibu nak,!”
Rani     :” ya bu, saya memikirkan bagaiman saya bisa sekolah lagi seperti yang dulu.”
Ibu       :” nak maafin ibu yang nggak sanggup melanjutkan sekolah kamu, tapi ibu janjji akan berusaha semampu ibu agar kamu bisa sekolah lagi.”
Rani     :”saya mengerti dengan keadaan kita yang sekarang.”
Ibu       :“ ya sudah nak, ibu pergi kerja dulu biar majikan ibu nggak marah.”
Rani     :”saya boleh ikut bantu ibu?”
Ibu       :” ya nak!”
           
            Pada saat rani sedang mengepel lantai dirumah majikan ibunya, nonya majikan sangat iba, bahwa anak seusia dia sudah mau bekerja membantu ibunya, berbeda sekali dengan anaknya. Kemudian nonya menghampiri Rani.
Nyonya           :” Rani, kamu anak yang rajin mau membantu pekerjaan ibumu, apa kamu masih sekolah ?”
Rani                 :”saya sudah berhenti sekolah semenjak ayah saya meninggal.”
Nyonya           :” seharusnya anak seusia kamu masih sekolah.”
Rani                 :”ya sih bu’ tapi bagaimana biaya untuk sekolah tidak ada.”
Nyonya           :”kalau soal biaya kamu nggak usah khawatir, ibu yang akan membiayai sekolah kamu. Dulu ibumu pernah bercerita kalau kamu anak yang pintar, sayangkan kalau nggak di lanjutin
Rani                 :” tapi bu !”
Nyonya           :”nggak usah tapi-tapian, minggu depan kamu mulai masuk sekolah bersama dengan anak ibu Suci.”

            Suci tidak sengaja mendengar percakapan mamanya dengan Rani.
Suci                 :”ma kenapa sih harus membiayai sekolahnya Rani, anak bukan keluarga juga bukan (dengan muka yang kesal)
Nyonya           :” nggak apa-apa  Suci !, sayang kan kalau anak sepintar dia nggak di lanjutin, seharusnya kamu mencontoh sifatnya Rani.”
Suci                 :” tapi ma, dia kan anak kampong, masa anak majikan satu sekolah sama anak pembantunya, iiihhhh nggak dEchh,..”
Nyonya           :” sudah Suci jangan banyak protes! Mulai minggu depan kamu harus berangkat sekolah sama Rani.”
            Lalu suci meninggalkan ruangan itu dengan muka yang sangat kesal dan jengkel pada mamanya dan Rani.

            Pada suatu hari di halaman sekolah, dua sehabat sejati sedang bercakap-cakap.
Suci                 :” iihh saya lagi kesel banget niih!”
Ely                   :”kesel sama siapa chy, cerita dunk sama Ely?”
Suci                 :” iihhh kamu tau kan anak baru yang sok itu, sok pinter lah, sok cari perhatian banyak orang lah, malees saya lihat jadinya.”
Ely                   :”oohhhh,.. anak baru sii Rani itu, emang dah dia itu anaknya sok cari perhatian, sok polos lah tapi kenyataannya dia itu munafik!”
Suci                 :”bener banget dah Lhy, awas aja saya bakalan balas semuanya”
Ely                   :”okeey,.Ely akan bantuin apa yang terbaek buat kamu”

            Sepulang dari sekolah, Rani bertemu dengan Suci di ruang tamu rumahnya.
Suci                 :”echhhh Rani (menampar Rani dengan keras)”
Rani                 :”suci apa salah saya sampai kamu tega menampar saya?”
Suci                 :”banyak sekali salah kamu sama saya, kamu sudah buat semua orang yang aku sayangi nggak peduli lagi sama saya.”
Rani                 :”sekarang apa yang bisa saya lakukan untuk kamu?”
Suci                 :”saya mau kamu dan ibumu berhenti bekerja di rumahku dan kamu berhenti sekolah.”
Rani                 :”sebulumnya saya minta maaf chy, kalau selama ne kehadiran saya membuat kamu merasa tidak nyaman dan tersaingi, tapi saya mohon jangan  pecat ibuku dan izinkan dia tetap bekerja disini sekali pun saya harus berhenti sekolah. Saya akan lakukan apa yang terbaek buat kamu dan kesenanganmu, saya nggak mau lihat orang lain sakit atau sedih Cuma gara-gara saya.
            Suci terdiam sejenak mendengar perkataan Rani tadi.
Suci                 :” Rani maafin saya, selama ne saya menilai kamu sebelah mata. Ternyata hatimu begitu tulus.”
Rani                 :” ya suci, dari dulu saya sudah maafin kamu (saling berpelukan)

            Akhirnya suci menyadari bahwa perbuatannya selama ini salah dan tidak terpuji. Sekarang suci dan rani menjadi sahabat baek.

makalah sistem koloid


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses – proses dalam sel melibatkan sitem koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen.
 Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid.
Sistem koloid dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan, salah satu contoh sistem koloid yang menguntungkan adalah penjernihan air dengan tawas ,air dan tawas merupakan koloid, sedangkan sistem koloid yang merugikan adalah adanya polusi udara akibat asap-asap yang timbul dari pabrik.







1.2. Rumusan Masalah
v  Apa pengertian sistem koloid ?
v  Apakah  jenis-jenis koloid ?
v  Bagaimanakah sifat-sifat koloid ?
v  Bagaimanakah pembuatan koloid?
v  Apakah kegunaan koloid?
v  Apakah jenis koloid yang mencemari lingkungan?

1.3. Tujuan
v  Mengetahui pengertian sistem koloid
v  Mengetahui jenis-jenis koloid
v  Mengetahui sifat-sifat koloid
v  Menjelaskan bagaimanakah pembuatan koloid
v  Mengetahui kegunaan koloid
v  Mengetahui jenis koloid yang mencemari lingkungan













BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Sistem Koloid

Pada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.
Sistem Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.  
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Zat yang terdispersi di sebut fase terdispersikan, sedangkan medium yang di gunakan untuk mendispersikan di sebut medium dispersi.








Sifat antara larutan, koloid, dan suspensi memiliki beberapa perbandingan.Beberapa perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut .
TABEL 1. PERBEDAAN LARUTAN, SISTEM KOLOID, dan SUSPENSI
Sifat
Sistem Dispersi

Larutan
Koloid
Suspensi
Bentuk campuran
Homogen
Homogen
Heterogen
Bentuk dispersi
Dispersi molekuler
Dispersi Padatan
Dispersi padat
Penulisan
A(aq)
A(s)
A(s)
Ukuran diameter partikel
 cm
 ̶   cm

>  cm
Pemeriksaan mikroskop
Tetap homogen dengan mikroskop ultra
Heterogen dengan mikroskop ultra
Dengan mata biasa heterogen
Penyaringan
Tidak dapat disaring dengan penyaring apapun
Dapat disaring dengan penyaring ultra
Dapat disaring dengan kertas saring biasa
Warna dispersi
Jernih
Tidak jernih
Tidak jernih
Contoh
Larutan gula, larutan garam, larutan alkohol.
Campuran air gengan susu, santan, dll.
Campuran tepung terigu dengan dengan air.
Jumlah Fase
Satu fase
Dua Fase
Dua Fase

2.2  Jenis- jenis Koloid
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:  
A.    Sol (fase terdispersi padat), yaitu Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair.
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
     Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
     Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
    Contoh: debu di udara, asap pembakaran